Saat usiaku 8 bulan

Ini kisah nyata dan terjadi saat usiaku bahkan belum mencapai satu tahun. Saat itu aku baru berumur 8 atau 9 bulan. Mungkin terdengar konyol. Mana mungkin anak seusia itu dapat mengingat apa yang terjadi padanya. Tapi aku bisa, dan keluargaku selalu heran mengapa bisa seperti itu. Perlu kalian tahu, aku mulai bisa bicara, berjalan, bahkan berlari saat usiaku 8 bulan. Semuanya bersamaan. Dan saat ini terserah padamu mau percaya atau tidak:)

Ayahku bekerja sebagai polisi di salah satu polres yang berada di depok timur. Entah itu polsek atau polres, tapi aku lebih sering menyebutnya polres. Saat itu aku hanya tinggal bersama ibu dan ayahku di kontrakan yang letaknya tak jauh dari tempat kerja ayah. Kebetulan, pakde dan bude (panggilan untuk pemilik kontrakan) baik sekali padaku. Bude bilang, ia ingin sekali punya cucu sehingga ia sangat menyayangiku. Mereka adalah orang jawa dan logat bicara merekapun masih terdengar medok. Hampir tiap pagi, pakde atau bude selalu menjemputku di kontrakan, karena kontrakanku berada satu wilayah dengan rumah mereka, aku leluasa jika diajak bermain bersama mereka. Bude sering sekali menggendongku, namun yang paling ku ingat adalah pakde. Karena waktu itu aku masih sangat kecil, kadang aku tak dapat menahan pup dicelana. Tapi pakde tanpa rasa jijik sedikitpun membersihkan kotoranku seperti cucunya sendiri. Pakde adalah lelaki yang rajin. Walau sudah tua, dia sering membantu bude menyetrika baju di bawah tangga. Biasanya pakde mengajakku untuk menemaninya menggosok pakaian. Setiap kali pakde menyetrika, yang aku tau kami tak hanya berdua. Wanita itu selalu duduk ditangga seolah mengawasiku. Awalnya aku takut, tapi lama ke lamaan aku mulai terbiasa. Pernah aku bertanya saat pakde mengajakku ngobrol di tangga tentang wanita itu, dan pakde selalu menjawab, dia bukan siapa siapa. Aku hanya nge-iya-kannya, karna ibuku sendiri tak pernah mengenaliku atau membiarkan aku tahu tentang 'mereka'. Di kontrakan itu tak hanya ada aku. Anak bude yang namanya sama dengan ibuku tinggal di dekat kontrakanku. Dia sering kali pulang malam dan umurnyapun masih muda. 
Kadang, setiap pagi anak lelaki yang usianya diatasku selalu menemaniku bermain di depan rumah. Dia manusia sama sepertiku dan aku memanggilnya mas. Tapi... Ada teman yang kadang ikut bermain juga. Sampai sekarang aku tak bisa mengingat dia. Yang aku ingat dia suka dengan boneka bayi berwarna pink-ku yang bisa mengedipkan mata. Aku sangat menyayangi bonekaku itu, sampai aku mengerti betapa menyeramkannya dia. Aku tak pernah risih ketika temanku ikut bermain walaupun aku tak pernah ingat dia seperti apa. 
Dan suatu malam, tante y (anak bude yang tadi) pulang sambil berlari dan teriak. Saat itu aku dan ibu sedang dirumah bude, dan spontan aku berlari untuk melihat tante y. Dia ketakutan. Yang aku lihat, dia tekatukan. Sesuatu mengejarnya dan aku baru melihat bentuk itu pertama kali. Ia terbang dan terbungkus rapih. Dia mengikuti tante sampai kekamar dan seperti menari diatas tante yang mengumpat dibalik selimut. Aku dibawa masuk oleh ibu dan ketika aku bertanya apa itu, ibu hanya bilang 'itu sejenis lontong' dan aku hanya meng-iya-kannya.

Banyak sekali yang kulihat ketika aku tinggal disana dan selalu disangkal orang orang yang memang menyayangiku. Saat itu, aku tak pernah tau tentang keberadaan mereka. Aku pikir mereka sama seperti kita. Ternyata mereka berbeda. Dan aku baru menyadarinya ketika aku masuk ke lingkungan baru di smp. Aku berusaha meyakinkan diriku dengan bertanya kepada orangtuaku tentang ingatanku dulu, dan ibu baru jujur serta meng-iya-kan ingatanku saat aku sudah smp.

Komentar

Postingan Populer