Kenapa mereka menggangguku?
Kadang aku bingung. Mengapa harus seperti ini? Aku ingat kejadian hampir 3 tahun lalu saat aku duduk di bangku smp. Terasa nyata ataukah memang nyata? Sebelumnya tak ada satupun diantara mereka yang dapat menggangguku sampai segitunya. Tapi malam itu lain. Sejak pertama menginjakkan kaki di rumah baru kakak senior hockeyku, bulu kuduk secara spontan berdiri dan ada hawa lain yang smeliwir di sekitarku.
Aku menggubrisnya dan menganggap itu semua hanya perasaanku. Awalnya masih biasa saja, aku masih bisa mengobrol bahkan ketawa ketiwi dengan teman teman. Tapi saat adzan magrib berkumandang dan kami mengambil wudhu, angin mulai terasa dingin dan mencekam. Kebetulan kami mengambil wudhu di halaman belakang yang tidak ada atapnya. Kamar mandi ada di belakang dan penerangan belum terlalu terang karena memang masih dalam proses pembangunan.
Aku menggubrisnya dan menganggap itu semua hanya perasaanku. Awalnya masih biasa saja, aku masih bisa mengobrol bahkan ketawa ketiwi dengan teman teman. Tapi saat adzan magrib berkumandang dan kami mengambil wudhu, angin mulai terasa dingin dan mencekam. Kebetulan kami mengambil wudhu di halaman belakang yang tidak ada atapnya. Kamar mandi ada di belakang dan penerangan belum terlalu terang karena memang masih dalam proses pembangunan.
Aku mulai merasa risih ketika temanku ada yang bercanda sampai sangat berisik saat mengantri wudhu. Kebetulan aku ada diantrian paling belakang. Ditengah banyolan mereka, seekor burung jatuh dari atas ke halaman rumah. Awalnya aku mengira itu memang burung, saat di lihat, ternyata itu adalah ayam. Ya, pikiranku mulai terbang kearah lain. Jangan jangan mereka datang lagi. Mulai dari jatuhnya ayam itu, belakang leherku seperti ditiup oleh seseorang dan membuatku tak berenti memegang leher. Saat itu aku belum mengenakan kerudung dan rambutku tergerai panjang. Saat waktunya aku wudhu, entah mengapa aku meminta kak Dheby, senior cowoku untuk menunggu aku wudhu. Ketika shalat, berentilah tiupan yang aku rasakan sejak tadi. Tapi setelah aku melepas mukena dan kembali menggerai rambutku, tiupan itu kembali dan bertambah kencang. Lama ke lamaan menjulur ke tubuh hingga ke kakiku. Aku merasa tak enak dan sangat terganggu. Yang aku sadari saat itu, salah satu seniorku yang merupakan pak ustad mengajakku mengobrol dan menepuk nepuk pundakku. Aku tak merasakan apapun sampai akhirnya senior wanitaku yang lain merangkulku dan memelukku ketika sudah sampau diteras. Ia mengusap usap punggungku dan membuatku bingung. Untuk apa ia mengusap punggungku? Dengan tiupan yang masih terasa disekujur tubuh, aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. 'Kak kenapa ngusap ngusap punggungku?' Dan dia menjawab 'loh kamu kan nangis tadi. Nangis kenapa?' Mendengar jawaban senior wanitaku, teman temanku langsung mengalihkan pembicaraan supaya aku lupa dengan jawaban 'jujur' itu. Tapi jawaban itu masih melekat dipikiranku. 'Nangis'. Aku tidak mengingat sama sekali kalau aku menangis.
Tak lama kemudian, teman temanku mengantarku pulang. Aku tinggal di asrama polisi yang terletak di pojok asrama dekat penyimpanan kendaraan bekas kecelakaan. Saat sampai rumah, ibuku yang sedang menggendong adik bayiku dengan sigap menyuruhku duduk diluar dan tidak mengijinkanku masuk. Aku bingung. Aku sedang sakit dan aku tidak boleh masuk kerumahku sendiri. Setelah hampir sejam, aku diberikan minum dan dipopong ke kasur karna aku sudah tidak bisa merasakan tubuhku sendiri. Seolah tidak menyatu dengan raga, untuk menutup matapun aku tak bisa. Hanya bisa bicara ala kadarnya dan terbaring kaku. Ibu dan pembantuku menjaga aku sampai malam berganti pagi. Aku masih belum bisa tidur dan tidak merasa ngantuk. Ibu dan pembantuku masuk kekamar sambil membawakan makan serta telur ayam. Ibu menempelkan telur ayam yang masih utuh ke tubuhku sambil mengucapkan kalimat kalimat doa. Perlahan, tanganku sudah kembali ke fungsinya semula, dan sesuatu yang aku yakini bukan bagian dalam tubuhku tertarik keluar dengan terpaksa. Tapi..... Kakiku masih sama. Masih terasa tertindih sesuatu yang sangat berat dan kaku. Aku bertanya kepada ibuku, ada apa sebenarnya semua ini. Tapi ibu tidak menjawab dan malah menyuruhku istirahat. Padahal tetap, aku tidak mengantuk sama sekali. Entah mengapa hari itu terasa cepat berlalu. Malam sudah datang, dan ibuku duduk didepan pintu kamarku sambil menimang adik ku yang masih bayi. Saat aku melihat ibu, tiba tiba seperti ada yang loncat dari tubuhku dan berlari cepat keluar kamar. Bayangan cepat itu membuat ibuku tersungkur. Untung saja adikku tidak kenapa napa. Tapi aku tidak menggubrisnya. Aku masih sadar. Sadar hingga matahari muncul lagi. Keesokan hari, ibuku kembali menempelkan telur ayam, namun kali ini hanya kakiku. Rasanya dahsyat, geli dan seperti ragaku yang dicabut untuk masuk ke telur itu. Cukup lama hingga kakiku akhirnya bisa kugerakkan dengan leluasa. Seketika aku mengantuk dan tidur begitu saja. Ketika bangun, penasaran aku menanyakan hal sama kepada ibu. Sebenarnya ada apa?
Dan ibu bilang, 'mereka ada banyak, sekarang udah bisa gangguin kamu. Jangan pernah takut sama mereka. Sekarang mereka gabisa ganggu kamu lagi'
Aku inget kejadian ini. Yap! tepatnya di daerah ona :D
BalasHapushehe iya maa
Hapus